Rabu, 05 Juni 2013

"PANCASILA YANG TERKHIANATI"

 

Sebelum SBY Punya Akun Facebook Bulan Depan
Bahwa, Pancasila Bukan Burung Perkutut

"PANCASILA YANG TERKHIANATI"

PANCASILA bukan sekadar ornamen berisi petuah tanpa makna. Pun, Pancasila bukan cuma hiasan dada untuk mempercantik penampilan Burung Garuda, lambang negara kita.

Pancasila ialah ideologi bersama. Ideologi yang disepakati sebagai landasan bangsa ini dalam seluruh pergerakan kebangsaannya. Pancasila sekaligus menjadi solusi atas fakta keberagaman dan kemajemukan negeri ini.

Namun, hari ini, dalam peringatan hari lahirnya yang ke-68, kita merasakan Pancasila justru kian terpojok. Pamornya semakin meredup di tengah arus besar demokratisasi yang dalam beberapa hal sudah melampaui batas.

Kedalaman falsafahnya tak lagi menjadi anutan. Nilai-nilai luhur kebangsaan yang termaktub dalam tubuh Pancasila bahkan kerap terkhianati perilaku sebagian anak bangsa, termasuk para pemimpinnya.

Kian masifnya perilaku intoleran belakangan ini merupakan contoh betapa jiwa Pancasila yang sangat mengagungkan konsep toleransi dan keberagaman telah ditinggalkan. Kalaupun belum ditinggalkan, Pancasila seperti teronggok di pojok ruang karena terkepung kepicikan dan egoisme dangkal.

Di sektor ekonomi tak jauh berbeda. Ekonomi Pancasila yang identik dengan ekonomi kerakyatan tak mampu melawan gempuran liberalisasi ekonomi global yang justru dijadikan referensi utama oleh penyelenggara negara.

Ketidakberdayaan rakyat di bidang ekonomi seolah hanya menjadi sebuah tontonan yang tak memerlukan jalan keluar. Di sisi lain, kekuatan asing yang kian mendominasi perekonomian malah mendapat tepuk tangan dan karpet merah.

Praktik korupsi yang merajalela juga kian meneguhkan ketidakmampuan bangsa ini memahami butir-butir sila dalam Pancasila secara benar. Spirit kejujuran dan keadilan semakin pudar, tergantikan keserakahan yang berpadu dengan oportunisme akut.

Karena itu, di momentum peringatan Hari Lahir Pancasila ini, kita ingin mengingatkan bahwa belum terlambat bagi seluruh elemen bangsa untuk kembali menekuni Pancasila sebagai ideologi bersama. Inilah momentum untuk mengembalikan Pancasila hadir secara nyata di tengah-tengah masyarakat, bukan sekadar pemanis naskah pidato kenegaraan.

Pancasila memang bukan semacam pil sakti yang dapat menyembuhkan segala penyakit. Pancasila juga bukan pintu ajaib yang dalam sekejap mampu membawa rakyat Indonesia pada kemakmuran dan kesejahteraan.

Namun, dengan menjadikannya roh kebangsaan yang kukuh, kita menginginkan semangat Pancasila bisa kembali mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila mesti dioptimalkan untuk membangun lagi kebersamaan, kerukunan, keguyuban, dan kemandirian yang dulu kita punya. Dengan begitu, ia akan semakin kuat dan tak mudah lagi dicederai atau dikhianati anak bangsanya sendiri.
(Editorial Media Indonesia)



Sabtu, 27 April 2013

25-4-1980: Misi Gagal Pasukan AS di Iran



VIVAnews - Pada 33 tahun lalu, upaya pasukan Amerika Serikat (AS) untuk membebaskan puluhan sandera di Kedutaan Besar AS di Teheran, Iran, gagal. Sebanyak delapan prajurit tewas dalam upaya pembebasan yang terjadi pada 25 April 1980 ini.

Kegagalan misi pembebasan ini diumumkan presiden Jimmy Carter melalui siaran televisi. "Saya memerintahkan misi penyelamatan ini untuk menjaga kepentingan nasional AS dan mengurangi ketegangan dunia," kata Carter seperti dikutip di laman stasiun BBC.

Carter mengaku memegang tanggung jawab penuh atas kegagalan operasi militer ini. Dia tidak memerintahkan misi lain untuk menindaklanjuti kegagalan ini.

Kedutaan AS di Iran telah diduduki kelompok militan sejak 4 November 1979. Sebanyak 52 warga AS ditahan sebagai sandera.

Ketika itu Revolusi Islam pimpinan Ayatullah Khomeini berhasil menjungkalkan rezim otoriter pimpinan Shah Reza Pahlevi, yang merupakan sekutu AS. Maka, Kedubes AS di Teheran tidak luput dari serangan kelompok revolusioner.

AS berupaya menyelamatkan sandera dengan mengerahkan kekuatan militer. Bernama sandi Operasi Cakar Elang, pada 24 April 1980 AS mengirim pasukan dengan enam pesawat Hercules C130 dan sembilan helikopter. Tapi misi ini menemui hambatan sesaat setelah dimulai.

Dua helikopter mengalami kesulitan mesin. Sementara helikopter lainnya segera memanggil pertolongan. Kemudian sebuah helikopter mengalami kerusakan saat mendarat di landasan di padang pasir di tenggara Teheran.

Carter lalu membatalkan operasi ini. Keputusan ini juga awal dari bencana lain. Sebuah helikopter menabrak salah satu Hercules. Delapan tentara tewas, dan empat orang menderita luka bakar.

Kegagalan operasi ini disambut meriah warga Iran. Menteri luar negeri Iran mengutuk upaya pembebasan ini sebagai pernyataan perang dari AS.

Krisis penyanderaan puluhan warga AS berlangsung selama 444 hari. Melalui perundingan dan negosiasi yang alot dengan melibatkan Aljazair, Iran akhirnya bersedia melepas para sandera pada 20 Januari 1981. (umi)