Pos Pasukan TNI di Muaratami, Kabupaten Jayapura, diserang gerombolan
Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang berkekuatan 14 orang. Di pos itu ada
16 tentara dari Batalyon Infanteri 712 Kodam Merdeka yang sejak Mei
1984 lalu bertugas di sana. Serangan dadakan itu terjadi pada 2 Oktober
1984 sekitar pukul 16.30 waktu setempat. Kontak senjata itu disiarkan Radio Australia. Radio ini juga menyiarkan kontak senjata antara TNI dan OPM di wilayah Papua Nugini (PNG).
Dalam
pertempuran itu. seorang anggota OPM tewas. Mayatnya ditinggal lan
teman-temannya. Pada mayat yang mengenakan kaus bergambar peta PNG ini
ditemukan sebuah bom tangan dan sepucuk senapan AKS-74 buatan Uni
Soviet. Senapan dan bom itu semuanya baru. Adanya bom dan senapan baru
itu menimbulkan pelbagai pertanyaan. Dari mana OPM memperoleh berbagai
senjata baru itu? Siapa yang mengirimkan senjata tersebut?
Panglima
Kodam Cenderawasih, Brigjen Raja Kami Sembiring Meliala, mendapatkan
laporan intelijen bahwa beberapa kali ada helikopter yang datang dengan
pintu terbuka di dekat kamp pelintas batas di Blackwater. dekat Vam-mo.
PNG. Helikopter tersebut membuang bahan makanan juga peti panjang yang
diduga beris senjata, termasuk penumpang helikopter yang berkulit putih.
Artinya, bukan orang Papua atau PNG. Kemungkinan adanya pengiriman
senjata untuk OPM memang tidak mustahil, tetapi kecurigaan itu harus
dibuktikan.
Memang keterlibatan pihak-pihak tertentu di Australia
yang secara pribadi membantu OPM sudah lama diketahui. Pemerintah
Australia terus menyangkal keterlibatan tersebut. Apalagi, ada unsur
militer yang terlibat mengirimkan senjata ke OPM untuk menyerang TNI.
Pemerintah Indonesia kemudian meminta penjelasan kepada otoritas PNG.
Jawabannya, mereka mengaku tidak tahu menahu soal adanya dugaan
pengiriman senjata untuk OPM di wilayah PNG.
Pangdam Brigjen
Sembiring Meliala kemudian melaporkan masalah ini ke Mabes TNI (ABRI).
Panglima TNI (ABRI) Jenderal LB Moerdani memutuskan untuk mengambil
langkah sendiri untuk mengidentifikasi siapa dan negara mana yang
melakukan hal itu. Caranya dengan menyusupkan pasukan komando masuk ke
wilayah PNG tanpa permisi. Tugastersebut dipercayakan kepada Detasemen
81 Kopassus yang saat itu dipimpin oleh Mayor Infanteri Prabowo
Subianto. Sasaran mereka adalah suatu lokasi di wilayah PNG, sekitar 50
km dari tapal batas perbatasan dengan Indonesia. Pasukan ini berangkat
dari Jayapura naik helikopter, kemudian sampai di suatu tempat dan
melanjutkan misi dengan perahu karet agar tidak terdeteksi otontas PNG
Perjalanan
dini hari menggunakan perahu karet menuju lokasi sasaran terhadang oleh
besarnya ombak di perairan sebelah utara PNG. Seorang anggota Kopassus
sampai terluka cukup parah untuk mempertahankan perahu dari ter-jangan
ombak. Akhirnya, mereka berhasil sampai di titik pendaratan dan langsung
bergerak menuju lokasi sasaran. Pasukan komando ini segera mencari
tempat-tempat yang dicurigai sebagai lokasi penimbunan pasokan senjata.
Tetapi, hasilnya nihil.
Tugas operasi belum selesai, mereka harus
bisa mendapatkan bukti seperti perintah dari Jakarta. Mereka pun
melanjutkan tugas rahasia tersebut. Setelah menunggu selama dua hari dua
malam, akhirnya mangsa yang ditunggu muncul dengan cara
sembunyi-sembunyi. Dua orang kulit putih muncul dari balik rimbunnya
hutan PNG. Mereka tanpa sadar melintasi posisi pasukan Kopassus yang
sedang mengintainya. Tanpa membuang waktu, kedua bule ini pun ditangkap.
Setelah diperiksa dan diinterogasi, keduanya mengakui sebagai agen
Australia.
Mereka juga menunjukkan lokasi tempat helikopter Australia yang memasok
senjata dan amunisi untuk OPM. Kedua agen Australia itu kemudian dibawa
secara rahasia ke wilayah Papua, Indonesia. Kemudian, keduanya ditahan di Jakarta. Pemerintah Indonesia
memberitahukan kepada Pemerintah Australia soal keterlibatan agen
Negeri Kanguru itu dalam memasok senjata untuk OPM di wilayah PNG.
Beberapa bulan kemudian, keduanya diekstradisi ke Australia.
Australia
malu mengetahui agennya tertangkap. Sejak saat itu, Australia tidak
berani bertindak macam-macam lagi. Mereka tidak menyangka kalau Kopassus
mampu melakukan operasi jauh di dalam wilayah musuh. Bahkan, tidak
menutup kemungkinan Kopassus juga bisa beroperasi di pedalaman Australia
tanpa terdeteksi. Inilah yang kemudian membuat tentara Aussie segan
terhadap TNI dan Australia menghormati -
Rabu, 20 Maret 2013
Secret Operation Tentara nasional Indonesia
0 Comments
Komentarnya yang sopan sopan aja ya mas bro mbak bro ^_^