RMOL. Tiga pekan sudah pengikut Kesultanan Sulu, Filipina,
menduduki Desa Tanduo, Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia.
Perpecahan dikabarkan mulai timbul di antara warga Filipina pengikut
Kesultan Sulu yang kini menduduki Sabah. Perpecahan timbul akibat
menipisnya persediaan makanan yang mereka miliki.
Sekitar 180
warga Filipina menduduki wilayah Lahad Datu di Negara Bagian Sabah,
tidak bisa mendapatkan persediaan makanan dari luar karena dikepung
aparat Malaysia.
Pihak Malaysia mengklaim ada beberapa pengikut
Sultan Sulu yang ingin keluar dari kelompoknya. Namun, aksi tersebut
dicegah pemimpin kelompok mereka Raja Muda Azzimudie Kiram, saudara
Sultan Sulu Jamalul Kiram III.
“Tembakan itu mungkin dimaksudkan untuk mencegah beberapa pengikut yang ingin pulang,” kata sumber Inquirer.
Sumber
itu juga mengatakan, Malaysia telah memberikan perpanjangan 48 jam,
sejak Minggu (24/2), bagi pasukan Sulu meninggalkan Lahad Datu. Sumber
itu meminta untuk tidak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang
berbicara kepada media.
“Tidak ada korban tetapi tembakan mengejutkan pasukan keamanan yang memang sangat tegang,” terangnya.
Namun,
pejabat kepolisian Sabah, Hamza Taib membantah adanya insiden tembakan.
“Kabar itu tidak benar,” bantah Hamza, yang tiba di Lahad Datu sekitar
pukul 11 pagi.
Sejak pagi, telah tersebar luas ada penembakan di Desa
Tanduo “Kami ingin menyelesaikan masalah ini dengan cara damai. Kami
berusaha menekan seminimal mungkin penggunaan kekerasan,” tegas Hamza.
Bekas
perwakilan Filipina untuk Area Pertumbuhan Timur ASEAN (BIMP-EAGA),
Jesus Dureza, meminta Malaysia untuk mencabut blokade dan menghentikan
tenggat waktu kepada pasukan Kesultanan.
“Malaysia seharusnya
berhenti mendesak mereka (kelompok Kesultanan Sulu). Mereka seharusnya
mencabut blokade makanan dan jadwal evakuasi paksa. Meski mereka memberi
perpanjangan waktu, Malaysia hanya membuat masalah makin parah,” kata
Dureza.
Dureza mengimbau Malaysia menyerahkan penyelesaian
masalah ini kepada Filipina. “Mereka akan menggunakan pengaruh untuk
bernegosiasi,” terang Dureza seraya menambahkan, Malaysia harusnya
memberikan kebebasan bagi Filipina untuk bertemu Kesultanan Sulu dalam
mencari solusi.
Menurut Kesultanan Sulu, mereka mengirim
berjumlah 400 orang dan 20 di antaranya membawa senjata untuk tinggal di
Lahad Datu, Pulau Kalimantan atau Borneo, yang masuk Negara Bagian
Sabah, Malaysia. Mereka mengklaim, wilayah tersebut merupakan tanah
leluhur mereka, Sultan Sulu.
Merasa usahanya belum berhasil, Sultan Jamalul Kiram III akan meminta bantuan kepada pemerintahan Amerika Serikat (AS).
“Dalam
perjanjian Kiram-Carpenter pada 1915 disebutkan bahwa Sultan akan
mendapatkan proteksi dari pihak AS jika ada masalah yang muncul di Sabah
antara Sultan Sulu dengan negara asing lain,” jelas juru bicara
Kesultanan Sulu Abraham Idjirani kepada Rappler, kemarin. [Harian Rakyat
Merdeka]
Selasa, 26 Februari 2013
Hujan Tembakan Di Sabah, Filipina Didesak Cari Solusi
0 Comments
Komentarnya yang sopan sopan aja ya mas bro mbak bro ^_^