Selasa, 26 Februari 2013

Hujan Tembakan Di Sabah, Filipina Didesak Cari Solusi

 
RMOL. Tiga pekan sudah pengikut Kesultanan Sulu, Filipina, menduduki Desa Tanduo, Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia. Perpecahan dikabarkan mulai timbul di antara warga Filipina pengikut Kesultan Sulu yang kini menduduki Sabah. Perpecahan timbul akibat menipisnya persediaan makanan yang mereka miliki.

Sekitar 180 warga Filipina menduduki wilayah Lahad Datu di Negara Bagian Sabah, tidak bisa mendapatkan persediaan makanan dari luar karena dikepung aparat Malaysia.

Pihak Malaysia mengklaim ada beberapa pengikut Sultan Sulu yang ingin keluar dari kelompoknya. Namun, aksi tersebut dicegah pemimpin kelompok mereka Raja Muda Azzimudie Kiram, saudara Sultan Sulu Jamalul Kiram III.

“Tembakan itu mungkin dimaksudkan untuk mencegah beberapa pengikut yang ingin pulang,” kata sumber Inquirer.

Sumber itu juga mengatakan, Malaysia telah memberikan perpanjangan 48 jam, sejak Minggu (24/2), bagi pasukan Sulu meninggalkan Lahad Datu. Sumber itu meminta untuk tidak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang berbicara kepada media.
“Tidak ada korban tetapi tembakan mengejutkan pasukan keamanan yang memang sangat tegang,” terangnya.

Namun, pejabat kepolisian Sabah, Hamza Taib membantah adanya insiden tembakan. “Kabar itu tidak benar,” bantah Hamza, yang tiba di Lahad Datu sekitar pukul 11 pagi.
Sejak pagi, telah tersebar luas ada penembakan di Desa Tanduo “Kami ingin menyelesaikan masalah ini dengan cara damai. Kami berusaha menekan seminimal mungkin penggunaan kekerasan,” tegas Hamza.

Bekas perwakilan Filipina untuk Area Pertumbuhan Timur ASEAN (BIMP-EAGA), Jesus Dureza, meminta Malaysia untuk mencabut blokade dan menghentikan tenggat waktu kepada pasukan Kesultanan.

“Malaysia seharusnya berhenti mendesak mereka (kelompok Kesultanan Sulu). Mereka seharusnya mencabut blokade makanan dan jadwal evakuasi paksa. Meski mereka memberi perpanjangan waktu, Malaysia hanya membuat masalah makin parah,” kata Dureza.

Dureza mengimbau Malaysia menyerahkan penyelesaian masalah ini kepada Filipina. “Mereka akan menggunakan pengaruh untuk bernegosiasi,” terang Dureza seraya menambahkan, Malaysia harusnya memberikan kebebasan bagi Filipina untuk bertemu Kesultanan Sulu dalam mencari solusi.

Menurut Kesultanan Sulu, mereka mengirim berjumlah 400 orang dan 20 di antaranya membawa senjata untuk tinggal di Lahad Datu, Pulau Kalimantan atau Borneo, yang masuk Negara Bagian Sabah, Malaysia. Mereka mengklaim, wilayah tersebut merupakan tanah leluhur mereka, Sultan Sulu.

Merasa usahanya belum berhasil, Sultan Jamalul Kiram III akan meminta bantuan kepada pemerintahan Amerika Serikat (AS).

“Dalam perjanjian Kiram-Carpenter pada 1915 disebutkan bahwa Sultan akan mendapatkan proteksi dari pihak AS jika ada masalah yang muncul di Sabah antara Sultan Sulu dengan negara asing lain,” jelas juru bicara Kesultanan Sulu Abraham Idjirani kepada Rappler, kemarin. [Harian Rakyat Merdeka]

Comments
0 Comments
Komentarnya yang sopan sopan aja ya mas bro mbak bro ^_^

0 komentar:

Posting Komentar